Pikiran hanyalah kumpulan dari ide-ide atau gagasan yang ada.
Seseorang seharusnya tidak terikat dengan tubuh dan juga tidak mengikuti tingkah dan keinginan dari pikiran.
Hilangkanlah sifat-sifat buruk yang ada seperti keinginan, kemarahan, kerakusan, kegila-gilaan, kesombongan dan rasa iri hati,
dan mewujudkan kebahagiaan dan kedamaian di dalam hati.
Terkadang kita bukannya mewujudkan kedamaian dan kebahagiaan, malahan menghancurkannya.
Terkadang kita memberikan perhatiannya yg besar terhadap kegelisahan dan bahkan pada hal-hal yang sepele dan tidak berguna.
Tidak ada kegelisahan atau kedamaian yang tertinggi yang diperoleh dari luar.
Orang-orang berkata,
“aku ingin kedamaian.”
Dimana itu kedamaian?
Apakah ada di luar?
Jika kedamaian dapat ditemukan di luar, maka orang-orang akan dapat membelinya dengan menghabiskan banyak uang.
Namun diluar kita hanya menemukan kepingan-kepingannya saja (pieces) dan bukannya kedamaian (peace)!
Kedamaian yang sesungguhnya hanya kita temukan di dalam diri. Seperti halnya jika kita merebus susu sampai mendidih atau ditambahkan dengan air, susu tetaplah berwarna putih.
Warna putih adalah simbul dari kesucian. Seperti halnya susu yang selalu putih, hati kita harus tetap selalu murni, bijaksana dan penuh kedamaian meskipun begitu banyak ada cobaan dan penderitaan.
Kita harus mengatasi penderitaan, dan tetap kendalikan semua sifat-sifat buruk yang ada seperti kemarahan, kebencian dan rasa iri hati kemudian mewujudkan kebahagiaan yang merupakan sifat dasar kita.
Ketika keinginan kita tidak terpenuhi, maka kita akan menjadi marah.
Karena itu, keinginan merupakan akar dari amarah dan sifat ini harus dikendalikan pada saat pertama muncul.
Memang selalu aja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam sikap pesimis, kengerian, keraguan, dan kebimbangan- kebimbangan yang kita ciptakan sendiri.
Kita sering terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup.
Karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah dengan bijak.
copy from: Dwr-Bf Devanda Krishna