Alkisah seorang gadis walaupun percaya kepada Tuhan, tetapi dia sangat membenci kakaknya,.
Sejak kecil mereka berdua sudah tidak akur, sering berkelahi terkadang sampai saling menjambak rambut masing-masing.
Biasanya pada saat menata meja makan, mereka berdua sering sengaja tidak meletakkan sumpit atau hanya meletakkan sebuah sumpit di meja tempat duduk masing-masing.
Pada suatu ketika, giliran si adik yang menata meja, di dalam hatinya mengatakan kesempatan membalas dendam telah tiba,.Lalu dia sengaja hanya menata sebuah sumpit di tempat kakaknya.
Tanpa diduga perbuatannya itu dilihat oleh papanya, akibatnya papanya memukul tangannya sampai bengkak, dia kesakitan menangis sampai tidak ada suara, dan tidak dapat makan.
Kejadian seperti ini sering terjadi, sehingga dendam antara kedua kakak adik tersebut semakin besar.
Suatu hari si adik menceritakan, pada saat itu dia sering sendirian bersembunyi dibelakang rumahnya dengan wajah penuh airmata berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, saya ingin mencintai kakak saya, tetapi saya tidak bisa melakukannya!”
Akhirnya pada suatu hari, dia mendengar sebuah suara menjawab, “Asalkan engkau mau, pada suatu hari engkau pasti bisa melakukannya!”
Sebulan kemudian, kakaknya mulai mencari masalah sengaja menyindir dan memancing kemarahannya,. Anehnya ketika gadis ini ingin membalas perkataan kakaknya, tiba-tiba mulutnya tidak dapat dibuka, “Tuhan, tolong berikan kesabaran kepada saya, tolong berikan kesabaran kepada saya!”
Di dalam hatinya dia terus berdoa, akhirnya dia dapat bersabar, dia dapat melakukan perkataan “dimarah tidak membalas, dipukul juga tidak membalas.”
Kalau sebelah tangan ditepuk tidak akan menimbulkan suara, karena kesabarannya, menyebabkan kakaknya memperhatikannya, lama kelamaan, kakaknya juga tidak memancing kemarahannya lagi.
Pada suatu hari, tiba-tiba kakaknya membawa koreksi perangko kesayangannya menghadiahkannya kepada gadis ini.
Gadis ini terkejut dan heran bertanya kepada kakaknya, “Kenapa engkau demikian baik terhadap saya?”
Kakaknya menjawab , “Engkau yang terlebih dahulu berubah bukankah demikian?”
*****
Terkadang, kita merasa telah menang, tetapi kenyataan sebenarnya adalah kita telah kalah!
Karena yang kita menang adalah “wajah kita”, tetapi pada saat yg bersamaan kita kehilangan “hati” kita.
Sebaliknya, jika kita dapat melakukan
“dimaki tidak membalas,
dipukul juga tidak membalas,” kelihatan seperti “kalah”
tetapi kita sebenarnya sudah “menang”, bahkan kita menang dengan sangat indah!
copy from: Dwr-Bf Devanda Krishna