1. METODE EKSPERIMEN
Banyak metode pembelajaran dapat diterapkan dalam proses pembelajaran kimia, salah satunya adalah metode eksperimen. Metode ini sangat dianjurkan dalam pembela-jaran kimia, karena sesuai dengan tujuan pendidikan yang meliputi 3 aspek, yaitu mengembangkan pengetahuan, menanamkan sikap ilmiah, dan melatih keterampilan. Melalui eksperimen mahasiswa memperoleh pemahaman yang mendalam tentang suatu konsep, sebab mahasiswa melakukan dan melihat sendiri.Anak didik belajar, 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan (Sheal, Peter, 1989). Pernyataan tersebut nampak sejalan dengan yang diharapkan dalam dunia pendidikan saat ini, yang menginginkan anak didik mencapai suatu kompetensi tertentu yang dapat dikomunikasikan dan ditampilkan.
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana mahasiswa melakukan percobaan sendiri di dalam laboratorium. Selain itu mahasiswa dapat mengamati suatu proses dan objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri. Dalam metode ini mahasiswa memperoleh sesuatu yang baru, setidaknya baru bagi mahasiswa, meski tidak baru bagi orang lain. Dengan demikian eksperimen yang dilakukan merupakan metode eksperimen yang inovatif, karena beda dengan yang ada di petunjuk praktikum.
Selama ini peserta didik kita melakukan praktikum selalu hanya mendasarkan pada petunjuk praktikum yang sudah ada dimana dari tahun ke tahun sama, seperti membaca sebuah resep masakan lalu mereka mempraktikkannya di laboratorium. Hal ini sangat monoton dan membosankan, karena terkadang praktikum yang dilakukan sudah pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, agar pembelajaran praktikum sebagai bagian pembelajaran kimia secara utuh dapat menarik, kita perlu menciptakan eksperimen yang berkaitan dengan kehidupan dan bahkan kalau memungkinkan dapat dipraktikkan tanpa harus di laboratorium. Hal ini karena tidak semua bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk eksperimen tersedia di laboratorium.
Bagaimanakah cara kita sebagai dosen menciptakan suatu percobaan baru sehingga peserta didik tertantang dan tertarik untuk melakukannya ? Suatu materi ajar dapat dikonstruksi menjadi percobaan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini : a. Pelajari secara mendalam materi ajar tersebut, lalu coba cari hubungan setiap konsep yang ada dengan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari.b. Setelah kita menemukan suatu fenomena, cobalah berpikir bagaimana mengangkat fenomena tersebut menjadi suatu rancangan percobaan sederhana dengan mencari hubungannya dengan konsep kimia tertentu.c. Buatlah langkah-langkah pengujian / pembuktiannya.d. Ujicobalah sesuai dengan rancangan yang dibuat.e. Tulis rancangan kita dengan format prosedur sederhana yang mudah dipahami.
Untuk dapat menemukan fenomena yang berkaitan dengan materi ajar mungkin dirasa sulit oleh kita, namun sebenarnya semakin banyak membaca buku dan membuka internet, semakin besar kepekaan kita terhadap fenomena kimia di sekitarnya. Berikut ini contoh-contoh eksperimen sederhana dan inovatif yang idenya muncul dari fenomena kimia yang ada di sekitar kita yang ada kaitannya dengan materi ajar di kelas.
a. Untuk menunjukkan adanya ikatan hidrogen antar molekul air, letakkan 2 batang tusuk gigi secara berhadapan. Adanya molekul-molekul air dapat ditunjukkan dengan mematahkan ikatan antar molekulnya menggunakan 1 batang tusuk gigi yang dicelupkan ke dalam air sabun dan kemudian diletakkan diantara 2 batang tusuk gigi tadi, sehinggga secara spontan kedua batang akan saling menjauh sebagai akibat patahnya ikatan antar molekul air. Hal ini dapat dimodifikasi dengan menggunakan air susu yang ditetesi beberapa warna di tengah-tengah, lalu dengan cara yang sama tusuk gigi yang telah dicolekkan pada sabun colek diletakkan di tengah-tengah warna tersebut, maka secara spontan warna-warna tersebut akan menepi.
b. Untuk menunjukkan ciri-ciri reaksi kimia, dapat dilakukan dengan cara mudah, yaitu :1) Pembentukan gas : mereaksikan asam cuka dengan soda kue, cangkang telur dengan asam cuka.2) Pembentukan endapan : mereaksikan uang logam dengan asam cuka, garam inggris dengan ammonium hidroksida (dapat dibeli di apotik).3) Perubahan warna : daging apel dengan oksigen di udara, roti tawar dengan larutan iodin, kertas dengan larutan iodin (tulisan ajaib).4) Perubahan suhu : mereaksikan soda kue dengan asam sitrat.
c. Untuk menunjukkan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, dan suhu kita dapat menggunakan reaksi soda kue dengan cuka pada berbagai variasi konsentrasi dari salah satunya (soda kue / cuka), cangkang telur (digerus dan dipotong-potong) dengan cuka, dan garam inggris (dipanaskan pada berbagai suhu) dengan ammonia.
d. Untuk menunjukkan tekanan osmosis, kita dapat melakukan percobaan : sediakan dua gelas, gelas yang satu diisi air sedangkan yang satunya diisi air garam. Masukkan ke dalam kedua gelas wortel yang masih segar dengan ukuran sama. Amati yang terjadi setelah 24 jam.
e. Kita dapat membuktikan adanya ion fosfat dalam minuman bersoda (sprite, coca-cola, fanta) sebagai buffer yang mampu mempertahankan pH dengan cara menambah sedikit asam, basa, dan pengenceran.
f. Untuk mengetahui adanya zat besi pada beberapa buah-buahan, seperti anggur, nanas, apel, arbei, dapat dilakukan percobaan : Siapkan jus buah-buahan yang akan diteliti, lalu tuangkan sedikit pada gelas bening. Tambahkan sejumlah yang sama teh kental yang telah didiamkan kira-kira 1 jam. Aduk dan biarkan beberapa saat, catat waktu terjadinya endapan pada dasar gelas. Endapan yang terbentuk merupakan zat besi yang terkandung dalam buah yang bereaksi dengan zat kimia dalam teh. Jumlah dan kecepatan terbentuknya endapan menandakan banyaknya zat besi di dalam buah.
g. Kita dapat membuktikan terbentuknya gas klorin pada percampuran deterjen dengan pemutih dengan mengalirkan gas hasil reaksinya ke dalam air yang berisi ikan.
Semua bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan tersebut dapat dengan mudah diperoleh dan harganya murah, tetapi mampu menunjukkan pembuktian suatu konsep. Percobaan-percobaan tersebut pasti menarik bagi kita, karena selain mudah dilakukan juga merupakan percobaan yang baru karena belum pernah dijumpai sebelumnya.
2. MEANINGFUL LEARNING
Seseorang akan belajar dan menyimak materi pelajaran dengan seksama ketika tahu bahwa yang sedang dipelajarinya ada hubungan dengan kehidupannya. Hal ini banyak diungkap dalam berbagai teori belajar, diantaranya teori belajar Bruner. Oleh karena itu belajar kimia akan menarik jika dosen mampu menghubungkan dengan kehidupan yang ada di sekitar diri anak didik. Pembelajaran dimana dosen mampu mengaitkan materi ajarnya dengan kehidupan menjadi bermakna bagi anak didiknya (meaningful learning).
Perhatikan beberapa contoh berikut ini :
a. Ketika kita mempelajari reaksi netralisasi antara asam dengan basa, maka kita dapat mencoba mengaitkan peristiwa netralisasi asam lambung (HCl) oleh obat maag yang mengandung senyawa basa (Mg(OH)2 atau Al(OH)3)). Jadi, orang yang sakit maag, produksi asam lambung berlebihan, sehingga menyebabkan iritasi pada permukaan dalam lambung. Oleh karena itu agar tidak merasakan perih karena iritasi tersebut, sebelum makanan masuk, lambung harus dinetralkan terlebih dahulu.
b. Prinsip netralisasi ini dapat diterapkan pada berbagai peristiwa, misalnya ketika kita tersengat tawon dapat diobati dengan mengoleskan cuka, karena sifat racun tawon adalah basa. Sebaliknya jika tersengat lebah kita obati dengan soda atau sabun, karena racunnya bersifat asam.
c. Ketika mempelajari konsep pH, kita dapat mengaitkan dengan pertanyaan mengapa produk sabun untuk kulit harus mempunyai pH seimbang. Dengan demikian konsep pH yang sulit tetap akan dipelajari serius karena ada kaitannya dengan kehidupannya.
d. Ketika mempelajari tentang penurunan titik beku pada konsep sifat koligatif larutan, kita dapat menghubungkan dengan pembuatan es krim yang ditambah garam dengan tujuan untuk mempertahankan agar es krim sulit mencair.
e. Ketika kita mempelajari tentang senyawa yang terbentuk dari unsur-unsur golongan halogen, maka kita pasti mempelajari senyawa NaCl. Senyawa NaCl dalam kehidupan sering dihubungkan dengan iodium yang dikenal dengan garam beryodium. Konsep ini akan menarik jika dihubungkan dengan pertanyaan ”benarkah garam beryodium membuat seseorang yang mengkonsumsi menjadi pintar?” seperti iklan di televisi.
f. Ketika kita mempelajari senyawa golongan aldehid, kita dapat menghubungkan dengan formalin yang isunya marak pada tahun lalu.
g. Ketika kita mempelajari konsep protein yang salah satu bentuknya dalam tubuh kita berupa hormon, kita dapat menghubungkan dengan pertanyaan ”mengapa remaja tidak boleh berpacaran di tempat yang sepi?” yang dapat dijelaskan dengan konsep ini.
3. JOYFUL LEARNING
Saat ini di berbagai negara sedang trend dan semangat mengembangkan joyful learning, yaitu dengan menciptakan kondisi pembelajaran sedemikian rupa sehingga mahasiswa menjadi betah di kelas karena pembelajaran yang dijalani menyenangkan. Mereka merasakan bahwa pembelajaran yang dijalani memberikan perbedaan dalam basis pengetahuan yang ada di pikirannya, berbeda dalam memandang dunia sekitar, dan merasakan memperoleh sesuatu yang lebih dari apa yang telah dimilikinya selama ini. Sebagai bangsa yang ingin maju dalam era globalisasi yang kompetitif ini tentunya kita juga ingin merasakan pembelajaran yang demikian.
Semua mata kuliah dapat dibuat menjadi menyenangkan, tergantung bagaimana niat dan kemauan dosen untuk menciptakannya. Pembelajaran yang dikemas dalam situasi yang menyenangkan, jenaka, dan menggelitik sangat diharapkan oleh mahasiswa saat ini yang sudah jenuh dengan pembelajaran yang monoton dan membosankan. Penelitian terhadap beberapa anak-anak sekolah di dunia yang diadakan UNESCO menunjukkan sebagian dari mereka menginginkan belajar dengan situasi yang menyenangkan (Dedi Supriadi, 1999).
Pembelajaran menyenangkan artinya pembelajaran yang interaktif dan atraktif, sehingga mahasiswa dapat memusatkan perhatian terhadap pembelajaran yang sedang dijalaninya. Penelitian menunjukkan bahwa ketika seorang dosen menguraikan dan menjelaskan suatu materi tanpa ada selingan dan mahasiswa hanya mendengarkan, melihat, dan mencatat, maka perhatian dan konsentrasi mereka akan menurun secara draktis setelah 20 menit. Keadaan ini semakin parah jika dosen tidak menyadari dan pembelajaran hanya berjalan monoton dan membosankan (Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, 1994). Lebih lanjut dikemukakan, keadaan ini dapat diatasi apabila dosen menyadari lalu mengubah pembelajarannnya menjadi menyenangkan dengan cara memberi selingan aktivitas atau humor. Tindakan ini secara signifikan berpengaruh meningkatkan kembali perhatian dan konsentrasi mahasiswa yang relatif besar.
Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat mahasiswa tidak takut salah, ditertawakan, diremehkan, tertekan, tetapi sebaliknya mahasiswa berani berbuat dan mencoba, bertanya, mengemukakan pendapat / gagasan, dan mempertanyakan gagasan orang lain. Menciptakan suasana yang menyenangkan tidaklah sulit, karena kita hanya menciptakan pembelajaran yang relaks (tidak tegang), lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, mengaitkan materi ajar dengan kehidupan mereka, belajar dengan balutan humor, dorongan semangat, dan pemberian jeda berpikir. Dalam belajar dosen harus menyadari bahwa banyak kata ”aku belum tahu” akan muncul dan kata ”aku tahu” sedikit muncul, karena mereka memang dalam tahap belajar. Demikian pula dosen harus menyadari bahwa otak manusia bukanlah mesin yang dapat disuruh berpikir tanpa henti, sehingga perlu pelemasan dan relaksasi.
Seperti diketahui, otak kita terbagi menjadi dua bagian, yaitu kanan dan kiri. Terkadang dalam dunia pendidikan kita lupa akan pentingnya mengembangkan otak sebelah kanan. Secara umum hanya otak kiri yang menjadi sasaran pengembangan, terutama untuk ilmu eksakta. Otak sebelah kanan adalah bagian yang berkaitan dengan imajinasi, estetika, intuisi, irama, musik, gambar, seni. Sebaliknya otak sebelah kiri berkaitan dengan logika, rasio, penalaran, kata-kata, matematika, dan urutan. Untuk menepis hal itu, sebenarnya kita dapat tunjukkan bahwa ilmu apapun mampu digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan otak sebelah kanan, diantaranya dengan cara memahami dan menghafal konsep melalui puisi, lagu, maupun teka-teki.
sumber: http://pangeranchemistry.blogspot.com/2014/04/contoh-konkrit-metode-pembelajaran.html