Alkisah seorang pemecah batu yang melihat seorang kaya. Iri dengan
kekayaan orang itu, tiba-tiba ia berubah menjadi orang kaya. Ketika ia
sedang bepergian dengan keretanya, ia harus memberi jalan kepada seorang
pejabat. Iri dengan status pejabat itu, tiba-tiba ia berubah menjadi
seorang pejabat.
Ketika ia meneruskan perjalanannya, ia merasakan
panas terik matahari. Iri dengan kehebatan matahari, tiba-tiba ia
berubah menjadi matahari. Ketika ia sedang bersinar terang,
sebuah awan hitam menyelimutinya. Iri dengan selubung awan, tiba-tiba
ia berubah menjadi awan. Ketika ia sedang berarak di langit, angin
menyapunya. Iri dengan kekuatan angin, tiba-tiba ia berubah menjadi
angin.
Ketika ia sedang
berhembus, ia tak kuasa menembus gunung. Iri dengan kegagahan gunung,
tiba-tiba ia berubah menjadi gunung. Ketika ia sedang bertengger, ia
melihat ada orang yang memecahnya.
Iri dengan orang itu, tiba-tiba ia terbangun sebagai pemecah batu.
Ternyata itu semua hanya mimpi si pemecah batu. Karena kita semua
saling terkait dan saling tergantung, tidak ada yang betul-betul lebih
tinggi atau lebih rendah.
Kata Sang Bijak:
"Rasa
berkecukupan adalah kekayaaan terbesar." Pengejaran keuntungan,
ketenaran, pujian, dan kesenangan bersifat tiada akhir karena roda
kehidupan terus berputar, silih berganti dengan kerugian,
ketidaktenaran, celaan, dan penderitaan. Inilah delapan kondisi duniawi
yang senantiasa mengombang-ambingkan kita sepanjang hidup.
*****
Kebahagiaan terletak pada kemampuan untuk mengembangkan pikiran dengan
seimbang, tidak melekat terhadap delapan kondisi duniawi. Boleh-boleh
saja kita menjadi kaya dan terkenal, namun orang bijaksana akan hidup
tanpa kemelekatan terhadap delapan kondisi duniawi. Kebahagiaan sejati
tidaklah terkondisi oleh apa pun.
"Dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, disitu ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
Makin banyak kita membuang waktu untuk merasa iri pada bakat ataupun
kesuksesan orang lain, maka semakin sulit pula kita berkembang maju."
Diambil dari postingan Dwr-Bf Devanda Krishna