Materi TJKT Kelas XI - Memahami CIDR dan VLSM, Serta Menghitung Subnetting

 

Pengertian CIDR

Perhitungan CIDR – CIDR adalah cara penulisan subnet mask dari sebuah sub network dengan cara mengubah notasi sub network dari desimal ke biner kemudian menghitung jumlah total nilai biner 1 yang ada. CIDR merupakan cara pengganti atau alternatif dalam klasifikasi alamat IP kelas A, B, C, D, hingga E. CIDR juga di sebut sebagai SUBNETTING .

Apa yang di maksud dengan CIDR? CIDR (Classless Inter-Domain Routing) adalah sebuah cara alternatif untuk pengelompokan alamat-alamat IP yang berbeda ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E dengan jumlah yang lebih kecil (subnetwork/subnetmask) di sebut juga sebagai Subnetting. Tujuan dari subnetting yaitu :

  • Untuk mempercepat pengiriman data, karena host berada dalam satu segmen jaringan dengan host yang ingin dikirim datanya.
  • Membagi satu kelas (misalkan kelas C) atas sejumlah subnetwork dalam artian membagi kelas C menjadi beberapa bagian yang lebih kecil (skala kecil).
  • Menempatkan suatu host, apakah dalam satu segmen jaringan atau tidak.
  • Untuk mengatasi masalah perbedaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
  • Memaksimalkan penggunaan IP Address secara efisien, dalam artian agar tidak ada IP yang tidak terpakai di karenakan kelebihan host. 

CIDR digunakan untuk mempermudah penulisan notasi subnet mask agar lebih ringkas di bandingkan penulisan notasi subnet mask yang sesungguhnya. Untuk penggunaan notasi alamat CIDR Classfull Address pada kelas A adalah /8 sampai dengan /15, kelas B adalah /16 sampai dengan /23, dan kelas C adalah /24 sampai dengan /30.

Menentukan notasi CIDR

Langkah – langkah untuk mengubah notasi sub network desimal menjadi biner adalah sebagai berikut :

Misal pada sub network Classfull IP Address kelas C adalah : 255.255.255.0
maka apabila nilai 255 di ubah menjadi bilangan biner (8 oktet) adalah : 11111111
Maka untuk sub network kelas C apabila di tuliskan dalam bentuk binernya adalah : 11111111.11111111. 11111111.0000000

Dengan demikian, dengan jumlah angka 1 sebanyak 24.

Maka notasi sub network kelas C pada CIDR di tuliskan dalam /24 (terdapat 24 biner 1).

Tabel Notasi CIDR

Berikut adalah contoh notasi CIDR dalam bentuk tabel :

Tabel CIDR

Ada 2 teknik perhitungan subnetting:

  • FLSM: fixed length subnet mask. Satu network, kita pecah-pecah menjadi beberapa network (subnet) di mana setiap lebar subnet yang satu sama dengan lebar subnet yang lainnya. 
  • VLSM: variable length subnet mask. Kebalikannya, sebuah network yang kita subnet, menghasilkan subnet-subnet yang berbeda panjang subnet masknya antara subnet satu dengan yang lain.

VLSM (Variable Length Subnet Mask)

VLSM singkatan dari Variable Length Subnet Mask, terjadi ketika desain subnet menggunakan beberapa topeng dalam jaringan yang sama. Artinya lebih dari satu mask di gunakan untuk berbagai subnet jaringan atau satu kelas A, B, C.

VLSM setara dengan subnetting subnet, yang berarti bahwa VLSM memungkinkan insinyur jaringan untuk membagi ruang alamat IP menjadi hierarki subnet dengan ukuran berbeda. Jadi VLSM memungkinkan insinyur jaringan untuk membuat subnet dengan jumlah host yang bervariasi dengan hanya sejumlah kecil alamat yang terbuang.

VLSM di gunakan untuk meningkatkan ketersediaan subnet karena ukuran subnet dapat bervariasi. Hal ini juga di definisikan sebagai proses subnetting untuk subnet.

Berikut adalah syarat agar VLSM tetap dapat berkomunikasi dengan jaringan internet:

  • Mampu membawa informasi pada routing protocol(RIP, OSPF, IGRP, EIGRP dan lain-lain). 
  • Semua perangkat jaringan seperti router dan yang lainnya harus mendukung VLSM.

Kegunaan VLSM yaitu:

  • Efisien dalam penggunaan IP address, karena alamat IP yang digunakan sesuai dengan kebutuhan.
  • VLSM dirancang secara hirarki, sehingga dapat efektif.
  • Mendukung rute summarization.

 

FLSM (Fixed Length Subnet Mask)

FLSM adalah teknik pembagian network yang mana setiap subnet memiliki ukuran subnetmask yang sama. Variable Length Subnet Mask, VLSM adalah teknik pembagian network yang mana setiap subnet memiliki ukuran subnetmask yang berbeda tergantung jumlah host yang ada di network tersebut.

 

Perbandingan VLSM VS FLSM

  • Subnet: Dalam VLSM, ukuran subnet bervariasi dengan jumlah host yang bervariasi, membuat pengalamatan IP lebih efisien. Tetapi di FLSM, semua subnet berukuran sama dengan jumlah host yang sama.
  • Pemborosan alamat IP: VLSM membuang lebih sedikit alamat IP daripada FLSM.
  • Alamat IP yang sesuai: VLSM adalah pilihan terbaik untuk alamat IP publik, sedangkan FLSM adalah pilihan pertama untuk alamat IP pribadi.
  • Penggunaan subnetmask: VLSM menggunakan berbagai subnet mask, sedangkan FLSM menggunakan mask yang sama.
  • Konfigurasi dan manajemen: VLSM sederhana dalam konfigurasi dan manajemen, tetapi FLSM rumit.
  • Protokol perutean: VLSM mendukung protokol perutean tanpa kelas, sementara FLSM mendukung protokol perutean tanpa kelas dan kelas.

 

Subnetting

Apa itu Subneting?

Subnetting merupakn teknik memecah suatu jaringan besar menjadi sub-sub network/jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru.

Metode ini hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A hingga kelas C.

  • Class A: Octet ( Network, Host, Host, Host)
  • Class B: Octet ( Network, Network, Host, Host)
  • Class C: Octet ( Network, Network, Network, Host)

Fungsi Subnetting

  • Mengurangi traffic jaringan, sehingga data yang lewat di perusahaan tidak akan bertabrakan (collision) atau macet yang berakibat pada lambatnya proses komunikasi.
  • Teroptimasinya unjuk kerja jaringan.
  • Pengelolaan yang disederhanakan.
  • Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak geografis yang lebih jauh.

 

Contoh Subnetting IP Address Kelas C dengan Metode CIDR

Subnetting dengan network 192.168.1.0/26

  • Analisa: 192.168.1.0 artinya IP address ini masuk ke kelas C karena slice yang digunakan diantara 24-32. Dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
  • Penghitungan: Jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
  • Jumlah Subnet= 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22= 4 subnet 
  • Jumlah Host per Subnet= 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet jika dihitung dengan rumus tersebut adalah 26 – 2 = 62 host
  • Blok Subnet= 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask, disini karena /26 jadinya nilai octet keempat adalah 192) = 64. Untuk subnet selanjutnya bisa dihitung dengan cara seperti berikut  64 + 64 = 128, dan 128+64 = 192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  • Bagaimana jika sampai ada alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya atau angka terakhir subnet tersebut.

Berikut hasil dari penghitungan subnetting yang telah kita lakukan

Tabel Hasil Subneting